PDM Kabupaten Halmahera Utara - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Halmahera Utara
.: Home > Artikel

Homepage

Haji Abdullah Tjan Hoatseng, Pelopor Pendiri Muhammadiyah Maluku Utara

.: Home > Artikel > PDM
26 Desember 2015 06:24 WIB
Dibaca: 2475
Penulis :

foto: saleh tjan
 
 
Tantangan yang dihadapi oleh mubaligh Abdullah Tjan di Tobelo cukup berat. Sebab, sejak tahun 1865 daerah Halmahera Utara sudah menjadi proyek zending Kristen. Bahkan sampai sekarang ini, Tobelo masih menjadi basis Kristen di Maluku Utara. 
Ada dua tokoh pelopor kebangkitan Islam di Maluku Utara, yaitu H Mohammad Amal (1885-1960) dari Galela dan H Abdullah Tjan (lahir 1877) dari Tobelo, Halmahera Utara. 
 
 
***
 
 
 H. Abdullah Tjan, atau lengkapnya H. Abdullah Tjan Hoatseng, adalah seorang ulama keturunan Tionghoa dari fam TJAN, yaitu dari lima turunan yang sudah memeluk agama Islam. Beliau dilahirkan  pada tahun 14 Juni 1877  (wafat 4 Juli 1970) dari keluarga Tjan, yang pindah ke Tobelo dari Ternate disaat keadaan umat Islam di Tobelo sangat menyedihkan. 
 
Sejarah perkembangan Kristen di Halmahera Utara dimulai dibawah komando Utrechsrhe Zending Venreniging (UZV). Sejak terjadinya gempa bumi, 22 Mei 1864, kegiatan UZV dari Irian Barat mulai diarahkan ke Halmahera Utara, dibawah komando Pendeta Hoveker. Pada tanggal 18 Agustus 1865, berangkatlah beberapa pendeta antara lain, H Van Dijken, Klausen, de Bode ke Galela. Kemudian pendeta de Bode pergi ke Surabaya (1868) dan diganti oleh pendeta van Been, yang pada tahun 1871 mulai bertugas di Tobelo.
 
Dari sekilas masuknya Kristen di Tobelo itu, dapat dibayangkan betapa besar pengaruh Kristen dalam menekan umat Islam. Tidaklah mengherankan kalau banyak kampung yang sudah dikuasai zending. Hanya kampung  Gamsung, tempat tinggal H Abdullah Tjan yang sukar ditembus oleh zending Kristen. Situasi seperti inilah yang dihadapi oleh H Abdullah Tjan. Namun dengan kesabaran dan ketekunan, serta dengan senjata “ballighu ‘anni walau’ayah” beliau tampil ke depan.
 
Sejak menjadi Imam Tobelo, H Abdullah Tjan memelopori peningkatan amal-amal seperti: peringatan hari-hari besar Islam, memakmurkan masjid dalam shalat Jum’at dan shalat tarawih. Sehingga masjid-masjid yang dulu hanya berfungsi sebagai “tempat ibadah” dan “museum”, oleh beliau mulai diaktifkan dan dijadikan sebagai pusat kegiatan. Jika sebelumnya setiap bulan Ramadhan jumlah orang yang shalat tarawih hanya tiga atau empat orang, sejak H Abdullah Tjan menjadi imam, shalat-shalat tarawih mulai banyak diikuti orang. Sehingga, malam-malam dibulan Ramadhan selalu hidup dengan syiar Islam.
 
Pelopor Pendiri Muhammadiyah
Sebelum mendirikan Muhammadiyah Tobelo, sebenarnya H Abdullah Tjan sudah  menjabat Ketua I Muhammadiyah Halmahera Utara di Galela (1928). Karena sebagai orang Tobelo, beliau memandang perlu mendirikan Muhammadiyah di Tobelo. Tetapi izin untuk berdirinya Muhammadiyah Tobelo ini ditolak oleh pemeritah Belanda. Padahal gedung tempat sekolah Muhammadiyah sudah didirikan. Oleh karena itu, sambil menanti kesempatan yang baik, beliau mendirikan Persatuan Islam Tobelo (PERSIT). 
 
Pelarangan pendirian Muhammadiyah ini segera dilaporkan kepada Pengurus Besar Muhammadiyah di Yogyakarta. Oleh PB Muhammadiyah disarankan supaya membentuk saja dulu, tanpa izin. Segera disusun pengurus dulu, baru diumumkan dan dilaporkan. Kalau ada apa-apa, PB Muhammadiyah Yogyakarta akan datang. Saran PB Muhammadiyah itu, membangkitkan Haji Abdullah Tjan dan kawan-kawan untuk mendirikan Muhammadiyah.
 
Maka, pada tahun 1930, dibentuklah Pengurus Muhammadiyah Tobelo dengan susunan, Ketua: A. Gani Datuk Bendaharo Alam, (mubaligh asal Sumatera yang menetap di Tobelo). Sekretaris: Moh. Thayib Siri. H. Abdullah Tjan menjabat sebagai Ketua II. Muhammadiyah berkembang pesat di Tobelo, namun tidak luput dari rintangan-rintangan yang datang dari pihak Pemerintah Belanda. Tetapi, segala rintangan itu dapat diatasi. Bahkan, beliau segera mendirikan Madrasah Muhammadiyah.
 
Perkembangan Muhammadiyah di Tobelo telah merangsang pihak zending untuk melancarkan aksi-aksinya. Sementara, keadaan umat Islam masih menyedihkan. Beliau memandang perlu membentuk alat dakwah lain yang semi resmi. Maka, bersama dengan teman-teman seperjuangan, seperti H Mohammad Amal (Imam Galela), Humar Djama (Imam Morotai) dan Amly Sidik (Imam Kao), pada tahun 1938 dibentuklah Imam Permusyawaratan Onderafdeling Tobelo (IPOT), untuk menggerakkan dakwah di daerah Tobelo, Galela, Kao dan Morotai. Gerakan Muhammadiyah dan IPOT ini telah membuat missi zending ciut. Para pendeta melarang pengikut-pengikutnya agar tidak mendengarkan tabligh-tabligh Islam. 
 
Selain dikenal sebagai seorang ulama yang alim dan tekun, H. Abdullah Tjan adalah seorang ahli debat yang cerdas. Dalam setiap perdebatan dengan para pendeta dari Ternate yang selalu merintangi perjuangannya, H Abdullah Tjan sangat lincah mementahkan argumentasi mereka.
 
Ternyata rintangan dakwah tidak hanya datang dari missi zending saja. Para hakim Syara’ di Ternate merasa tidak senang dengan prestasi H. Abdullah Tjan. Sehingga mereka selalu berusaha untuk menyingkirkan beliau. Tetapi usaha itu selalu gagal, sebab Sultan Ternate sangat menyukai apa yang dilakukan H Abdullah Tjan. Karena semua persoalan yang tidak bisa diselesaikan oleh hakim Syara’ di Ternate, bisa diselesaikan oleh IPOT yang dipimpin H Abdullah Tjan. 
 
H. Abdullah Tjan adalah seorang organisatoris dan administrator yang handal. Suatu ketika, Mursid, Kepala KUA Provinsi Maluku, mengadakan pemeriksaan terhadap pekerjaan Kantor-kantor Urusan Agama di daerah Maluku. Betapa kagum beliau, ketika melihat pekerjaan dan tata kerja H. Abdullah Tjan, yang setelah RI merdeka menjabat petugas KUA. Padahal pihak KUA sendiri belum memberi kursus kepada beliau di bidang administrasi. Ketika Mursid bertanya dari mana beliau belajar administrasi kantor, maka dengan tersenyum H Abdullah Tjan menjawab, bahwa memang beliau pernah menjadi imam dan pegawai KPM. Setelah menjabat imam beberapa tahun lamanya, beliau diangkat menjadi pejabat KUA sampai pensiun. Setelah pensiun, beliau kembali menjadi imam masjid Tobelo. H. Abdullah Tjan menunaikan ibadah haji pada tahun 1957.[imr]
 
 
 
Wajah Masjid Raya Tobello kini, yang awalnya digagas oleh Haji Abdullah Tjan, Imam Tobello.

Tags: HajiAbdullahTjanHoatseng , MuhammadiyahMalukuUtara

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website